Medan, 11 Januari 2013
Disusun oleh :
RAMADHANI FITHRA S. (091501020)
ASNI ZAHARA RAMBE (091501021)
DEVY NOVITASARI (091501024)
ARNES ANESTESIA S. (091501025)
NURMAWADDAH (091501026)
FAKULTAS FARMASI USU
INTERAKSI OBAT ANTARA
ANTIDIABETES DENGAN OBAT LAIN
1.
PENDAHULUAN
Interaksi
obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Interaksi
obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika
menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit
atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan
hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat.
Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi
(6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga
sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat
keparahan penyakit atau usia.
Interaksi
obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut
obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya
glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu
diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.
Kejadian interaksi obat dalam klinis
sukar diperkirakan karena :
a.
dokumentasinya masih sangat kurang
b. seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya
pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini
mengakibatkan interaksi obat berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai
reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu
obat, sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan
bertambah parahnya penyakit pasien
c. kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh
variasi individual, di mana populasi tertentu lebih peka misalnya pasien
geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas
metabolisme antar individu. Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal
ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat
ditelan bersama-sama, pemberian kronik).
Mekanisme Interaksi Obat
Interaksi diklasifikasikan berdasarkan
keterlibatan dalam proses farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi
farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva
(AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik diakibatkan oleh
perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk
mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi
farmakodinamik meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi
keduanya = 2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2),
sinergisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme
(efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam
interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.
Pada kesempatan ini kami akan membahas interaksi obat yang terjadi pada
obat –obatan yang di gunakan untuk penyakit diabetes mellitus karena seperti
yang kita ketahui bahwa terapi pengobatan
penyakit DM menggunakan kombinasi obat-obatan. DM biasanya juga di sertai
dengan komplikasi penyakit lain.
2.
DIABETES MELITUS
2.1.
DEFINISI
Diabetes
melitus adalah sekumpulan gejala akibat gangguan metabolisme lemak, karbohidrat
dan protein karena defisiensi insulin, baik karena kurangnya sekresi insulin,
kurangnya aktifitas insulin maupun keduanya
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah. Istilah diabetes mellitus
berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti “sypon” menunjukan
pembentukan urine yang berlebihan, dan mellitus berasal dari kata “meli” yang
berarti madu.
Kadar
gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah
malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
2.2.
PEMBAGIAN
DIABETES MELITUS
1.
Tipe I : Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)
Terjadi defisiensi
insulin absolut, akibat kerusakan sel β-pankreas baik akibat mekanisme
autoimmun (90%) atau penyebab yang belum diketahui (idiopatik)
Penyebab : faktor
genetika, infeksi virus (Virus cocksakie, Rubella, Citomegallovirus, Herpes,
dsb).
Terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes
Onset : anak-anak
2. Tipe II : Non
Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)
Terjadi penurunan sekresi insulin relatif
dan/atau penurunan sensitifitas insulin
Penyebab : pola hidup kurang gerak dan obesitas
Terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes
Onset : dewasa
3. DM
gestasional
Terjadinya intoleransi glukosa selama kehamilan
atau terdeteksi pertama sekali pada saat kehamilan. Terjadi pada sekitar 7% dari seluruh kehamilan
4. DM Tipe
Spesifik Lain
Disebabkan oleh faktor lain seperti
penyakit lain yang menyebabkan kerusakan pada sel beta pancreas atau
obat-obatan lain yang merusak sel beta pankres sehingga menyebabkan fungsinya
terganggu.
- Tipe A
Abnormalitas genetika fungsi sel β-pankreas
Abnormalitas genetika aktifitas insulin
-
Tipe B
Penyakit pankreas eksokrin
Penyakit endokrin
Induksi obat-obatan atau bahan kimia
Infeksi, penyakit hati, diabetes karena faktor imun yang tidak umum, serta beberapa sindroma genetika lainnya yang sering berhubungan dengan diabetes
2.3. GOLONGAN OBAT
ANTIDIABETES
1. Insulin
Insulin
pertama kali dibuat pada tahun 1921. Sekian lama insulin dihasilkan dari
ekstraksi pankreas lembu dan babi. Selanjutnya insulin dihasilkan dari
biosintetis dan rekayasa genetika yang menghasilkan insulin yang sama dengan
insulin manusia.
Indikasi
:
Semua
pasien DM tipe I
Pasien
DM tipe II
Keadaan
stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau
stroke.
DM
gestasional bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah
2. Obat Antidiabetes Oral
Obat antidiabetes oral di bagi menjadi beberapa golongan:
Ø Golongan
hipoglikemik
a.
Sulfonilurea
Generasi pertama
sulfonilurea adalah tolbutamid, tolazamid, asetoheksamid, dan klorpropamid
Generasi kedua adalah gliburid
(glibenklamid), glipizid, dan glimepirid.
Generasi kedua ini lebih efektif menurunkan konsentrasi glukosa darah
10-100 kali.
Struktur : turunan
sulfonilurea
Kontraindikasi :
penderita gangguan hati atau ginjal
Efek samping :
hipoglikemia
Efek :
–
Meningkatkan sekresi
insulin
–
Menurunkan glukagon
–
Memperkuat kerja
insulin pada jaringan target
b.
Meglitinid
Yang termasuk golongan meglitinid :
repaglinid dan nateglinid.
Mekanisme
kerja : mirip dengan sulfonilurea walaupun secara struktur kedua
golongan obat ini tidak mirip. Dibandingkan dengan
sulfonilurea, repaglinid memiliki onset yang lebih cepat dan masa kerja yang
lebih singkat, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil untuk terjadinya
hipoglikemia
Ø Golongan Antidiabetes
a.
Biguanida
Mekanisme kerjanya
belum dapat dijelaskan secara sempurna namun diduga terkait dengan aktifasi
siklik AMP-bergantung protein kinase. Aktifasi kinase pada otot skelet dan
adiposit merangsang translokasi GLUT4 ke permukaan sel sehingga terjadi peningkatan
tranpor glukosa ke dalam sel.
Efek :
–
Mengurangi
glukoneogenesis hati
–
Menurunkan glukagon
–
Meningkatkan
sensitivitas insulin
Contoh obat : Metformin
Efek samping :
–
Asidosis laktat
–
Mual muntah
b.
Tiazolidinedion
Tiazolidinedion
adalah golongan antihiperglikemia yang baru. Obat ini mampu menurunkan glukosa
darah dengan meningkatkan sensitifitas insulin.
Contoh obat : rosiglitazon dan pioglitazon
Mekanisme kerja : tiazolidinedion merupakan
agonis selektif terhadap PPAR-γ
(peroxisome proliferator-activated
receptor γ).
Ikatan obat dan reseptor ini selanjutnya meningkatkan
ekspresi mRNA sebagai pemberi pesan kepada enzim dan protein yang diperlukan
untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan
lipid termasuk meningkatkan sensitifitas
insulin.
Efek :
–
Tidak meningkatkan
sekresi insulin
–
Meningkatkan ambilan
glukosa dan oksidasi glukosa pada otot dan jaringan lemak
–
Menurunkan keluarnya
glukosa hati
c.
α – glukosidase
inhibitor
Mekanisme kerja : menghambat kerja enzim α-glukosidase,
Obat golongan ini adalah
miglitol dan akarbose
Ø Golongan lain
a.
Mimetik inkretin
Mimetik inkretin adalah kelompok
antidiabetes baru dengan daya kerja menyerupai efek hormon inkretin endogen
yang menunjukkan aktifitas glukoregulator multiple. Pada akhirnya obat ini
mampu menstimulasi sekresi insulin sekaligus menghambat pelepasan glukagon,
sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah.
Analog
dan Agonis Glucagon-Like Peptide (GLP)
Contoh
obat : Exenatide, Liraglutide, Taspoglutide
Analog Gastric
Inhibitory Peptide
(GIP) : Belum ada yang disetujui oleh FDA
b.
Inhibitor DPP-4
Mekanisme
kerja : meningkatkan konsentrasi
inkretin GLP-1 di dalam darah dengan menghambat degradasinya oleh DPP-4. Contoh
obat :
vildagliptin, sitagliptin, saxagliptin.
Gambar:
Mekanisme kerja mimetik inkretin dan inhibitor DPP-4
3. INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES
No.
|
Obat A
|
Obat B
|
Mekanisme Obat A
|
Mekanisme Obat B
|
Sifat
|
Interaksi
|
1.
|
Glibenklamid
|
Captopril
|
Merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
beta pankreas
|
Mencegah perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II dengan menghambat Angiotensin-Converting Enzyme
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia. Diduga
Peningkatan sementara sensitivitas insulin oleh ACE INHIBITOR
|
2.
|
Repaglinide
|
Klaritromisin
|
Merangsang sekresi insulin pada pancreas dengan
menutup kanal K yang ATP-independent
di sel beta pankreas
|
Menghambat sintesis protein kuman dengan berikatan
secara reversible dengan ribosom subunit 50S
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia dengan menurunkan metabolisme Repaglinide; (CYP3A4)
|
3.
|
Metformin
|
Alkohol
|
Menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan
|
Menghambat perangsangan saraf sehingga mengganggu
keseimbangan eksitasi dan inhibisi di otak
|
Aditif
|
Alkohol meningkatkan efek metformin pada metabolisme
laktat
|
4.
|
Metformin
|
Gliburid
|
Menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan
|
Merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
beta pankreas
|
Potensiasi
|
Metformin meningkatkan AUC dan Cmax gliburid
|
5.
|
Glimepirid
|
Fluvoxamin
|
Merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
beta pankreas
|
Sebagai antidepresi dengan menghambat ambilan
serotonin
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia dengan menurunkan metabolisme glimepirid; CYP2C9)
|
6.
|
Insulin
|
Beta-bloker
|
Menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan
menghambat produksi glukosa hepatik
|
Menghambat secara kompetitif efek obat adrenergic pada
adrenoseptor beta
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia
dengan penghambatan glikogenolisis hati
oleh beta-blocker diduga menjadi faktor penyebabnya.
|
7.
|
Insulin
|
Captopril
|
Menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan
menghambat produksi glukosa hepatik
|
Mencegah perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II dengan menghambat Angiotensin-Converting Enzyme
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia dengan meningkatkan
kerja insulin
|
8.
|
Klorpropamid
|
Antasida
|
Merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
beta pankreas
|
Menetralkan asam lambung dengan menaikkan pH
lambung
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia dengan meningkatkan
absorpsi klorpropamid
|
9.
|
Klorpropamid
|
Simetidin
|
Merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
beta pankreas
|
Menghambat reseptor H2, sehingga
menghambat sekresi asam lambung
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia dengan menurunkan metabolisme
klorpropamid
|
10.
|
Tolbutamid
|
Dikumarol
|
Merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
beta pankreas
|
Mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi
faktor pembekuan darah terganggu
|
Aditif
|
Meningkatkan efek hipoglikemia dengan menurunkan metabolisme tolbutamid
|
4.
CONTOH OBAT DIPASARAN (NAMA DAGANG)
NO
|
KANDUNGAN
|
NAMA DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1
|
Insulin
Glargine
|
Lantus
|
Cartridges:
3 ml untuk digunakan OptiPen Pro (300 IU insulin glargine), Vials: 10 ml
vials (1000 IU insulin glargine), Pre-filled pens: 3 ml Optiset pre-filled,
disposable pen (pen sekali pakai) dengan nama OptiSet®,
|
PT Sanofi-Aventis
|
2
|
Glibenklamid
|
Glucovance
|
Tab
salut selaput 1,25mg/2.50 mg 100. 2.5mg/500 mg 100. 5mg/500mg 100
|
Kimia Farma
|
3
|
Nateglinide
|
Starlix
|
Tablet
salut selaput 120 mg
|
Novartis
|
4
|
Metformin
HCL
|
Diafac
|
Tablet
500 mg
|
Phapros
|
5
|
Rosiglitazone
|
Avandia
|
film-tablet
dilapisi dalam kekuatan berikut : 2 mg, 4 mg, dan 8 mg
|
Glaxo Smith Kline
|
6
|
Acarbose
|
Glucobay
|
Tablet
100 mg
|
Bayer Schering
|
misalkan ada sebuah resep
BalasHapusdiamicron, glucovace dan captopril, apakah resep tersebut rasional???
apakah ada interaksi yg merugikan dari kombinasi ketiga obat tersebut???terima kasih